Mungkin ada juga orang yang mengajukan pertanyaan : “ Di dalam Al-Qur’an terdapat firman Allah:
“Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki, dan memberi petunjuk siapa yang dikehendakiNya.” (QS 16: 93)
Allah menyesatkan orang yang
dikehendakiNya untuk disesatkan dan memberi petunjuk orang yang
dikehendakiNya untuk diberi petunjuk. Apabila Allah menyesatkan dan
memberi petunjuk maka hamba tidak mempunyai kebebasan untuk memilih.
Pertanyaan diatas dapat kami jawab sebagai berikut:
Memberi petunjuk dan menyesatkan itu
sebenarnya hanyalah merupakan hasil atau akibat dari hal-hal yang
mendahuluinya (kesimpulan dari mukaddimah-mukaddimahnya) dan sebagai
musabab dari sebab-sebabnya.
Sebagaimana makanan dapat mengenyangkan,
air dapat menyegarkan, pisau dapat memutus dan api dapat membakar, maka
demikian pula halnya dalam persoalan di atas, ada sebab-sebab yang
mengakibatkan seseorang memperoleh petunjuk, dan ada sebab-sebab yang
mengakibatkan seseorang tersesat.
Petunjuk hanyalah merupakan buah dari amal shaleh.
Tersesat hanyalah merupakan akibat dari amal yang buruk.
Perbuatan memberi petunjuk dan
menyesatkan dinisbatkan kepada Allah Yang Maha Suci itu adalah karena
dilihat dari segi Dia lah yang membuat aturan tata tertib sebab dan
musabab atau sebab akibat, bukan karena Allah memaksa manusia untuk
tersesat atau tidak.
Bila kita mau merujuk firman-firman
Allah dari ayat-ayat al-Qur’an maka kita akan menemukan pengertian dan
pemahaman ini dengan jelas dan terang, tanpa adanya kesamaan sedikitpun.
Mari kita perhatikan firman-firman Allah berikut ini:
“Dia memberi petunjuk kepada siapa yang bertaubat kepadaNya.” (QS 13:27)
“Orang-orang yang bersungguh-sungguh
dalam (mencari ridha) Kami, maka benar-benar Kami akan menunjuki mereka
ke jalan Kami.” (QS 29:69)
“Orang-orang yang menerima petunjuk,
Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka
dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS 47:17)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, petunjuk
Allah yang diberikan kepada manusia dalam arti belas-kasihanNya kepada
mereka dan menolong mereka untuk mengerjakan amal shaleh, itu hanyalah
merupakan hasil perjuangan menghadapi nafsunya, buah usahanya untuk
kembali kepada Allah, dan buah keteguhannya memegang petunjuk dan
wahyuNya.
Mengenai “penyesatan”, dalam Al-Qur’an Allah berfirman sebagai berikut:
“Dengan perumpamaan itu banyak orang
yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberiNya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah
kecuali orang-orang yang fasik (yaitu) orang-orang yang melanggar
perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang
diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat
kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS
2:26-27)
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu ke dalam kehidupan dunia dan
akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS 14:27)
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS 40:35)
“Maka tatakala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS 61:5)
“Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS 83:14)
“Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci
mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman
kecuali sebagian kecil dari mereka.” (QS 4:155)
Dari ayat-ayat tersebut kita dapat
melihat bahwa sebab disesatkan adalah karena berpaling (dari kebenaran)
dan keluar dari ajaran-ajaran Allah, sombong, sewenang-wenang da merasa
diri lebih tinggi atas manusia, melanggar janji Allah, memutuskan apa
yang diperintahkan oleh Allah untuk disambung, menyambung apa yang
diperintahkan oleh Allah untuk diputus, membuat kerusakan di bumi, kufur
dan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.
Ini semua adalah hal-hal yang
menyebabkan manusia tersesat, dan keluar dari jalan yang benar, sebab
mereka lebih mengutamakan kebutaan daripada petunjuk, lebih menyukai
kegelapan daripada cahaya. Maka Allah membalas mereka dengan balasan
yang setimpal, membuat mereka tuli, dan membutakan pandangan mereka
sesuai aturan dan undang-undangNya mengenai hubungan sebab-akibat.
Hal ini dan yang serupa dengannya banyak sekali terdapat di dalam Al-Qur’an, di antaranya firman Allah:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah)
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat dari lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS
7:179)
Mereka ini adalah orang-orang yang
mengabaikan perangkat-perangkat ilmu dan pengetahuan, mereka tidak mau
memanfaatkannya sebagaimana fungsi yang sebenarnya. Oleh karena itu
cahaya kebenaran tidak dapat masuk sehingga tidak sampai kepadanya.
Hati mereka tertutup tidak dapat
memikirkan wahyu Allah, mata mereka buta tidak dapat melihat kerajaan
Allah, dan telinga mereka tuli tidak dapat mendengarkan ayatayat Allah.
Maka mereka bagaikan binatang ternak yang tidak mempergunakan dan
memanfaatkan indera-inderanya baik yang lahir maupun yang batin. Bahkan
mereka lebih sesat dari binatang ternak, karena binatang ternak memang
tidak dibekali dengan potensi yang diberikan kepada manusia berupa
kekuatan jiwa, akal pikiran dan ruhani.
posted by @Dd
0 comments:
Post a Comment