Sayangi Jantung, Hindari Obat Flu
Kebiasaan mengkonsumsi obat flu bisa berujung stroke.
Ilustrasi
Sahrul masih sumringah sejak
pertemuan terakhir kami dua bulan lalu. Setelah menyelesaikan semangkuk
bubur ia pun dengan sigap membuka tas dan mengambil satu strip obat flu
berwarna hijau bergaris merah. Lalu, ia meminumnya. Bukan hanya sekali
dua kali, bisa setiap hari ia mengkonsumsi obat warung tersebut. “Ini
bantu kalau saya susah tidur,” kata pria kelahiran Bandung 29 tahun
silam ini.
Ini bukan pertama kalinya
Sahrul mengakui kebiasaannya itu. Melainkan sudah sejak 7 tahun lalu.
Bagi Sahrul, obat flu sangat ampuh untuk mengurangi pusing dan memberi
rasa kantuk. Karena itu, dalam sehari ia bisa mengkonsumsi 2 sampai 5
butir obat sekalipun sedang tak sakit.
Kebiasaan serupa juga dialami Djoko.
Karyawan di salah satu bank ini menjelaskan, setidaknya selalu ada dua
merek obat flu di dalam tasnya. Kebiasaan ini berawal sejak 17 tahun
lalu, ketika ia sering mengalami sakit kepala setelah mengenakan helm.
Sekarang, jika pria 34 tahun itu tak membawa dari rumah atau obatnya
habis, ia akan langsung membeli di warung.
Tak dipungkiri, di luar memang banyak
beredar jenis obat pereda flu dan mudah didapatkan. Harganya pun murah.
Inilah yang sering menjadi faktor orang cenderung memilih obat flu
warung untuk mengatasi gejala flu, seperti pusing, hidung mampet,
tenggorokan kering, mual dan susah tidur. Termasuk Sahrul dan Djoko yang
mengandalkan obat jenis ini untuk menghilangkan pusing dan biar cepat
tidur.
Namun menurut dokter spesialis
penyakit dalam Posma B Siahaan, obat flu tidak boleh dipakai sembarangan
dan terus menerus. Ini karena kandungan obat flu, selain terdapat
parasetamol, juga mengandung Chlorpheniramin maleat (CTM) dan efedrin.
Kedua kandungan ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, bisa
membuat jantung terganggu, tekanan darah naik atau tersumbat.
“Dapat mempengaruhi kerja
jantung dan pembuluh darah,” ujar Posma. Ia mengingatkan, bagi
orang-orang yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan jantung,
sebaiknya menjauhi obat flu. Sebab, “bisa picu stroke atau serangan
jantung,” lanjut Posma yang sehari-hari praktek di Rumah Sakit Myria,
Palembang.
“Apalagi orang yang sensitif dan sudah
ada timbunan lemak di pembuluh darahnya, bisa jadi stroke,” ujar Posma.
Dia menganjurkan, sebaiknya jika mengalami flu ringan, cukup sekali
mengkonsumsi obat. Kalau tidak berpengaruh atau kambuh dalam beberapa
jam kemudian, sebaiknya ke dokter atau istirahat 1-2 hari tanpa
mengkonsumsi obat, tapi banyak minum air putih. Setidaknya 12 gelas
sehari.
Saran yang sama disampaikan dokter
spesialis penyakit dalam Wismandari. Menurut Wismandari, obat flu yang
aman yang hanya mengandung parasetamol saja. Tapi jika terus menerus
mengalami gejala sakit kepala, sebaiknya konsultasi ke dokter. “Kalau
terjadi terus menerus harus dicari penyebabnya,” saran Wisma yang
praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Cerdas pilih obat Flu
Flu yang baru muncul memang
menganggu namun sebenarnya tak perlu diobati. Jika flu benar-benar sudah
mengganggu bisa saja mengobatinya dengan obat yang ada di pasaran. Tapi
sebelum membeli, ada hal yang harus perhatikan: Lihat kandungan dan
dosis yang tertera pada kemasan. Obat flu di pasaran, mayoritas hanya
terbagi dalam tiga jenis, yakni yang mengandung phenylpropanolamine,
pseudoefedrin, dan phenylepherin.
- Phenylpropanolamine sebenarnya telah banyak dilarang di negara lain karena efek sampingnya yang dapat menyebabkan stroke, namun di Indonesia masih dijual dengan catatan, dosis yang dijual dipasaran aman yakni 12,5 mg. Golongan obat ini tidak boleh diberikan pada orang yang hipertensi, diabetes, atau mengalami gangguan ginjal.
- Pseudoefedrin dan phenylpropanolamine ternyata dapat meningkatkan tekanan darah. Harganya lebih mahal dibandingkan phenylpropanolamine.
- Phenylepherine sebenarnya telah dianjurkan di banyak negara, tapi sayang efeknya bila diminum secara oral belum banyak dibuktikan. Phenylepherine terbukti efektif hanya pada pemakaian topikal atau semprot
Kebiasaan mengkonsumsi obat flu bisa berujung stroke.
Sahrul masih sumringah sejak pertemuan terakhir kami dua bulan lalu. Setelah menyelesaikan semangkuk bubur ia pun dengan sigap membuka tas dan mengambil satu strip obat flu berwarna hijau bergaris merah. Lalu, ia meminumnya. Bukan hanya sekali dua kali, bisa setiap hari ia mengkonsumsi obat warung tersebut. “Ini bantu kalau saya susah tidur,” kata pria kelahiran Bandung 29 tahun silam ini.
Ini bukan pertama kalinya Sahrul mengakui kebiasaannya itu. Melainkan sudah sejak 7 tahun lalu. Bagi Sahrul, obat flu sangat ampuh untuk mengurangi pusing dan memberi rasa kantuk. Karena itu, dalam sehari ia bisa mengkonsumsi 2 sampai 5 butir obat sekalipun sedang tak sakit.
Kebiasaan serupa juga dialami Djoko. Karyawan di salah satu bank ini menjelaskan, setidaknya selalu ada dua merek obat flu di dalam tasnya. Kebiasaan ini berawal sejak 17 tahun lalu, ketika ia sering mengalami sakit kepala setelah mengenakan helm. Sekarang, jika pria 34 tahun itu tak membawa dari rumah atau obatnya habis, ia akan langsung membeli di warung.
Tak
dipungkiri, di luar memang banyak beredar jenis obat pereda flu dan mudah
didapatkan. Harganya pun murah. Inilah yang sering menjadi faktor orang
cenderung memilih obat flu warung untuk mengatasi gejala flu, seperti pusing,
hidung mampet, tenggorokan kering, mual dan susah tidur. Termasuk Sahrul dan
Djoko yang mengandalkan obat jenis ini untuk menghilangkan pusing dan biar
cepat tidur.
Namun menurut dokter spesialis penyakit dalam Posma B Siahaan, obat flu tidak boleh dipakai sembarangan dan terus menerus. Ini karena kandungan obat flu, selain terdapat parasetamol, juga mengandung Chlorpheniramin maleat (CTM) dan efedrin. Kedua kandungan ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, bisa membuat jantung terganggu, tekanan darah naik atau tersumbat.
Namun menurut dokter spesialis penyakit dalam Posma B Siahaan, obat flu tidak boleh dipakai sembarangan dan terus menerus. Ini karena kandungan obat flu, selain terdapat parasetamol, juga mengandung Chlorpheniramin maleat (CTM) dan efedrin. Kedua kandungan ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, bisa membuat jantung terganggu, tekanan darah naik atau tersumbat.
“Dapat
mempengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah,” ujar Posma. Ia mengingatkan,
bagi orang-orang yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan jantung,
sebaiknya menjauhi obat flu. Sebab, “bisa picu stroke atau serangan jantung,”
lanjut Posma yang sehari-hari praktek di Rumah Sakit Myria, Palembang.
Selain kandungan CTM dan efedrin, di beberapa obat flu juga
terdapat kandungan Pseudoefedrine atau sejenis phenylpropanolamine (PPA).
Kandungan ini dapat membuat pembuluh darah sedikit menyempit. Di sisi lain,
kandungan ini juga dapat membuat pernapasan lega, selaput lendir di hidung yang
membengkak dibuat menciut lagi sehingga terasa nyaman. Tapi kondisi inilah yang
justru membuat pembuluh darah berkontraksi dan menyempit, sehingga mengurangi
aliran darah ke otak, yang bisa berujung pada stroke.
“Apalagi
orang yang sensitif dan sudah ada timbunan lemak di pembuluh darahnya, bisa
jadi stroke,” ujar Posma. Dia menganjurkan, sebaiknya jika mengalami flu ringan,
cukup sekali mengkonsumsi obat. Kalau tidak berpengaruh atau kambuh dalam
beberapa jam kemudian, sebaiknya ke dokter atau istirahat 1-2 hari tanpa
mengkonsumsi obat, tapi banyak minum air putih. Setidaknya 12 gelas sehari.
Saran
yang sama disampaikan dokter spesialis penyakit dalam Wismandari. Menurut
Wismandari, obat flu yang aman yang hanya mengandung parasetamol saja. Tapi
jika terus menerus mengalami gejala sakit kepala, sebaiknya konsultasi ke
dokter. “Kalau terjadi terus menerus harus dicari penyebabnya,” saran Wisma
yang praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Cerdas
pilih obat Flu
Flu
yang baru muncul memang menganggu namun sebenarnya tak perlu diobati. Jika flu
benar-benar sudah mengganggu bisa saja mengobatinya dengan obat yang ada di
pasaran. Tapi sebelum membeli, ada hal yang harus perhatikan: Lihat kandungan
dan dosis yang tertera pada kemasan. Obat flu di pasaran, mayoritas hanya
terbagi dalam tiga jenis, yakni yang mengandung phenylpropanolamine,
pseudoefedrin, dan phenylepherin.
- Phenylpropanolamine sebenarnya telah banyak dilarang di negara lain karena efek sampingnya yang dapat menyebabkan stroke, namun di Indonesia masih dijual dengan catatan, dosis yang dijual dipasaran aman yakni 12,5 mg. Golongan obat ini tidak boleh diberikan pada orang yang hipertensi, diabetes, atau mengalami gangguan ginjal.
- Pseudoefedrin dan phenylpropanolamine ternyata dapat meningkatkan tekanan darah. Harganya lebih mahal dibandingkan phenylpropanolamine.
- Phenylepherine sebenarnya telah dianjurkan di banyak negara, tapi sayang efeknya bila diminum secara oral belum banyak dibuktikan. Phenylepherine terbukti efektif hanya pada pemakaian topikal atau semprot
http://www.prioritasnews.com/2013/06/17/sayangi-jantung-hindari-obat-flu/
posted by @Dd
0 Post a Comment:
Post a Comment