Tak akan pernah bahagia orang yang suka berdebat, kecuali di hatinya tersimpan sebuah penyakit
TAK ada diskusi ketika semangatnya menjatuhkan.
Bukan mencari kebenaran. Tak ada musyawarah ketika ambisinya kemenangan.
Bukan.kebaikan. Ada saat ketika menghindari debat dan berhenti darinya
itu diganjar pahala sangat besar, yakni ketika debat mengarah pada
perpecahan (mira’). Menghindari perdebatan yang semacam ini, meskipun
kita berada di pihak yang benar, besar pahalanya surga ganjarannya.
Mendiskusikan ilmu itu baik dan penuh manfaat. Tapi memperdebatkannya
amatlah buruk. Diskusi membukakan pikiran dan mendekatkan hati sesama
penuntut ilmu. Adapun memperdebatkan ilmu, Imam Malik rahimahullah
berkata, “Perdebatan tentang ilmu itu membuat hati keras dan menimbulkan
kedengkian.”
Imam Syafi’i rahimahullah juga mengingatkan kita, “Percekcokan dalam
agama itu mengeraskan hati dan menanamkan kedengkian yang sangat.”
Renungilah sejenak hadis riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah; Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً
“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada
di atas hidayah kecuali yang suka berdebat.” Lalu beliau membaca
(ayat): “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan
dengan maksud membantah saja.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Nah. Maka salah satu bekal menuntut ilmu adalah menahan diri dari
berdebat untuk maksud berbantah-bantahan dan menjatuhkan lawan bicara.
Jika diskusi telah mengarah kepada mira’, sedapat mungkin kita
mengingatkan. Tetapi jika tetap dalam perdebatan yang mengarah kepada
sikap saling menjatuhkan saling mengolok, maka memilih untuk tidak
melanjutkan perdebatan (mira’) itu jauh lebih utama meskipun beresiko
disangka tak berani. Sangat berbeda penakut dengan menahan diri dari
hal-hal yang membawa kerusakan (mafsadat).
Al-Auza’i: “Jika Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum maka
Allah menetapkan jidal pada diri mereka dan menghalangi mereka dari
amal.”
Marilah kita ingat sejenak sebuah hadis riwayat Imam Baihaqi berkenaan dengan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ
“Wahai Anakku, tinggalkanlah mira’ (mendebat karena ragu dan
menentang, debat untuk menjatuhkan) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan
ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (HR. Baihaqi).
Maka, apakah yang dapat kita renungi darinya?
Mari sejenak kita renungi perkataan Imam Ahmad rahimahullah sebagaimana dinukil Ibnu Abdil Barr, “Tak
akan pernah bahagia orang yang suka berdebat. Dan tidaklah engkau
menjumpai seseorang yang suka berdebat kecuali di hatinya tersimpan
sebuah penyakit.”
Nah. Bagaimanakah dengan kita?
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
posted by @Dd
0 comments:
Post a Comment