Sesungguhnya publik saat ini sudah cerdas dan bisa menilai sendiri. Mana yang benar dan mana yang dusta
JUDUL pertama saya adalah “Problem Akut..” karena fakta secara empirik penindakan yang sarat masalah ini sudah menahun.Meski hampir tidak pernah tersentuh oleh kritik publik kecuali dalam tiga (3) tahun terakhir.
Penindakan yang cenderung over eksesif juga tidak lepas dari dua problem pokok diatas.Yang mengakibatkan terduga mati menyentuh angka 115 orang, puluhan salah tangkap, dan hampir 900 orang di penjara.
Terlalu banyak contoh untuk bisa dituangan dalam tulisan ini. Diluar narasi tentang peran masing-masing terduga teroris versi kepolisian, saya coba paparkan sedikit fakta empirik dari peristiwa “teroris” Ciputat di malam Tahun Baru berdasarkan investigasi (penelusuran) CIIA.
Simpang Siur
Tanggal
31 Desember hari Selasa sore sekitar pukul 17.00 WIB salah satu kru
media TV mendapat informasi dari petugas untuk merapat di Ciputat.Tidak
lain untuk meliput aksi penggrebekan terduga perampok BRI Panongan Kab
Tangerang (24 Desember 2013) yang berikutnya dirubah menjadi terduga
teroris.
Sumber
CIIA, menyebutkan awalnya Unit Jatanras Polda Metro Jaya dibawah
komando AKBP Herry Heryawan sebelumnya menjadi Kasubdit Resmob Polda
Metro Jaya yang turun untuk melakukan penindakan.
Namun diluar
sepengetahuan Herry Heryawan informasi rencana penggrebekan tersebut
sampai di telinga Kapolri Jendral Sutarman. Kemudian via telpon Kapolri
memerintahkan agar Herry Heryawan untuk tidak bergerak karena nunggu
Mabes dengan Densus 88 yang akan turun.
Akhirnya operasi penggrebekan tidak lagi dihandle oleh Unit Jatanras tapi dibawah kendali Densus 88.
Malam itu tampak Kapolri bersama Kabareskrim didampingi Herry Heryawan dengan rompi tertuliskan Resmob terjun langsung dilapangan.
Bagaimana
Jatanras yang pertama kali turun? Teka teki ini mungkin sedikit
terjawab, selama ini kasus penembakan di Pondok Aren dan berlanjut kasus
penembakan di depan KPK yang difungsikan maksimal adalah Unit Resmob dan Jatanras.
Terkait Ciputat, sebelumnya publik sempat mendapatkan informasi resmi melalui Direktur
Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Slamet Riyanto pada
tanggal 16 September bahwa Nurul Haq alias Jeck sudah ditangkap.Dan
ketika dikonfirmasi ulang kemudian tidak mau membeberkan karena
pertimbangan penyidikan. Dan karena marasa kecolongan membuka informasi
tentang Jeck, atasan Slamet Riyanto menghubungi awak media untuk
menghapus berita tersebut (yang disampaikan Slamet Riyanto).
Di
kesempatan berbeda dihari yang sama (16 September 213) Kabid Humas
Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menimpali dengan bantahan bahwa
Nurul Haq alias Jeck belum ketangkap. Namun media online Liputan6.com
lolos tetap memberitakan perihal penangkapan Jeck.
Kemungkinan
besar dari Jeck yang sudah ketangkap inilah pengembangan dilakukan dan
berhasil menghendus posisi Anton alias Septi di Banyumas. Kemudian
Resmob Polda Metro Jaya bersama Densus 88 menangkap Anton pada hari
Selasa (31 Desember
2013).Rasanya janggal jika di hari Selasa (31 Desember 2013) di depan
warnet Jalan alternatif Kemranjen Banyumas arah Purwokerto Anton
ditangkap, dalam waktu singkat dari Anton aparat Resmob bisa menghendus
secara akurat posisi 5 kawanan yang lain di Ciputat.Setelah sebelumnya
katanya Anton di bawa ke rumah daerah Rempoa ternyata nihil. Fakta
dilapangan dan pengakuan aparat ditemukan sudah sejak beberapa hari
sebelum penggrebekan para petugas intel mondar-mandir disekitar lokasi. Bahkan menurut pegakuan anggota Densus 88 (yang tertembak di kakinya) sejak pagi sudah standbay di
lorong jalan yang mengarah ke rumah kontrakan terduga teroris. Jadi
Anton di saat penggrebekan dikeler ke lokasi untuk ikut memastikan
target, namun dugaan kuat dari Jeck lah posisi akurat di dapatkan.Anton
posisinya sebagai pengkonfirmasi. Indikasi lain, Kapolri Jendral Pol
Sutarman juga sempat mengungkapkan bahwa kelompok Ciputat ini sudah di
pantau sejak 2 Agustus 2013.
Penelusuran
CIIA juga mendapatkan fakta, bahwa mereka (kel Ciputat) nama-namanya
sudah dikantongi oleh aparat Densus 88 sejak 2012. Karena mereka semua
pernah hadir dalam sebuah pertemuan di Situgintung akhir Desember
2012.Dan pertemuan ini bocor ke telinga Densus 88. Dari sini Densus 88
bisa merilis narasi tentang kelompok Ciputat kaitannya dengan terorisme.
Jadi
penggrebekan terencana serta mobilisasi kekuatan secara terencana sudah
disiapkan jauh hari, mungkin dalam bahasa Densus 88 ini dikatagorikan Deliberate Assault (Penindakan Terencana) bukan Emergency Assault/Raid (Penindakan Segera).Dari
indikasi diatas dan fakta-fakta aktual dilapangan mengarah bahwa ini
adalah Penindakan Terencana, bukan tiba-tiba. Meski mengagetkan publik
di malam tahun baru 2014 peristiwa ini ditonton.
Dari sini wajar banyak muncul pertanyaan kenapa mereka tidak ditangkap hidup-hidup?
Atau
dilumpuhkan dan dalam kondisi tetap hidup. Karena penting untuk
mengungkap kebenaran narasi terorisme terkait kel Ciputat ini.
Tak ada bekas Tembakan
Menjadi pertanyaan juga dari para keluarga korban, ada dua (2)
orang yang tewas saat penggrebekan tidak ditemukan jejak atau
tanda-tanda bekas tembakan sama sekali. Bahkan hampir seluruh korban
tewas 5 orang (termasuk yang dua tanpa bekas luka tembakan) yang ada dikamar mandi rumah kontrakan ukuran 3×8 meter tersebut dalam kondisi luka lebam memar karena siksaan.
Penelusuran CIIA dilapangan terpetakan, malam dan kegelapan banyak menyimpan “rahasia”. Saat
penggrebekan aparat Resmob Polda Metro Jaya dalam formasi “L”. Rumah
kontrakan yang ukurannya 3×8 meter dengan posisi menghadap ke Selatan,
sebelah Barat bersebelahan tembok dengan kontrakan tetangga. Ruang
terbuka diposisi Selatan dan Timur dengan tumbuhan pohon Bambu. Dan diluar
pengepungan dengan formasi “L” melingkar dari Selatan rumah ke arah
Timur rumah yang di lakukan Resmob Polda Metro, Densus 88 banyak
berperan di bagian (titik) lain.
Dari
arah belakang rumah (Utara) dan di titik bagian Barat dari rumah
tetangga yang sudah dikosongkan tembok dijebol oleh Densus 88 dengan
peledak.Dan tembakan-tembakan dari Resmob sebenarnya tidak memberikan efek kematian melainkan kepanikan.
Tapi detik-detik kematian kemungkinan besar di saat tembok dijebol untuk akses masukdan penindak dari Densus 88 masuk untuk mengeksekusi mereka.
Tapi
sangat ganjil, karena kalau mereka (5 orang) menurut keterangan polisi
mati semua saat penyerangan dan posisinya di kamar mandi kenapa tidak
ada indikasi sama sekali tembakan dari luar yang tembus kedalam?
Justru banyak sekali jejak bekas tembakan yang terlihat didalam tembok kamar mandi.
Tembakan
dari luar mengarah kamar mandi terlihat di tembok luar bagian selatan
setinggi kurang lebih 30-40 cm dari bawah tapi tidak tembus kedalam.
Teka teki berkembang, apa mungkin mereka dalam kondisi tidak berdaya kemudian di eksekusi bersama-sama dikamar mandi?
Terus bagaimana dengan korban yang tidak terlihat ada bekas tembakan sama sekali?
Mungkin
analisa bisa mengarah tentang kemungkinan rekayasa beberapa orang sudah
dihabisin terlebih dahulu dan melalui tembok yang dilubangi dan ditengah kegegelapan malam kemudian jenazah tersebut di masukkan?
Mana benar, mana Dusta?
Saya hendak paparkan sisi lain sebagai perbandingan, agar kita bisa kritis, tidak menelan mentah-mentah semua informasi dari satu sumber.
Di
penggrebekan Ciputat ada dua (2) peristiwa pokok. Yaitu penyergapan
Dayat kacamata dan penindakan terhadap 5 orang lainnya di kontrakan.
Terkait penyergapan Dayat, penelusuran CIIA mendapatkan fakta lapangan yang cukup menggelikan.Tidak lain karena ada
dua pengakuan yang berbeda (kontradiksi diametrikal) dari dua (2) orang
petugas satu dari aparat Densus 88 dan yang satu lagi dari Polda.
Pengakuan
seorang anggota Densus 88 berinisial “D”, kalau melihat perawakkannya
berasal dari Indonesia Timur. Dalam kasus penindakkan kel Ciputat
dikabarkan ada salah seorang anggota Densus 88 tertembak.
Tidak
lain yang dimaksudkan adalah si “D” ini. Dia tertembak di bagian lutut
sebelah kiri dan paha sebelah kanan bagian dalam terserempet peluru.
Pengakuan “D”, sekitar pukul 19.00 WIB di jalan dari arah kontrakan terduga pelaku terorkeluar
dua orang berboncengan naik sepeda motor. Di tengah temaram kegelepan
tersebut dari jarak sekitar 15-20 meter dia mendapatkan kode dengan
gerakan tangan dari tim Densus 88 lain bagian identifikasi dan memasok
informasi kepada tim penindak. Si “D” sendiri sudah sejak pagi hari
duduk untuk menyanggong di jalan arah rumah kontrakan tersebut dengan
bekal foto Dayat cs hasil surveilance tim Intelijen Densus
88.Nah, ketika si “D” mendapat info bahwa yang naik motor adalah Dayat
(target) dan yang dibonceng adalah Iwan (tetanga kontrakan), maka serta
merta si “D” yang melihat wajah Dayat mencoba menghadang menyetop laju
motor.Tapi laju motor makin ngebut, kemudian si “D” ambil posisi
menyamping dikanan motor. Dan pengakuan “D”,
motor akhirnya direm Dayat, sementara posisi “D” di kanan motor. Saat
motor berhenti itulah Dayat menendang anggota Densus 88 ini, sampai si
“D” jatuh karena tendangan. Di saat dia hendak bangun dari jatuh
tersebut, ia mendengar beberapa kali tembakan dan ia merasakan kakinya
bagian lutut kiri kena tembakan. Sesaat berikutnya si “D” mencabut
pistol yang dipinggangnya kemudian ia lepaskan tembakan ke arah Dayat,
dan Dayat roboh tersungkur.Setelah itu si “D” teriak meminta bantuan ke kawannya bahwa ia kena tembakan.Si “D” tidak tahu lagi bagaimana jalan cerita penyergapan berikutnya, yang ia ingat Iwan yang membonceng dibelakang motor lari ke belakang.
Dari
keterangan pihak Mabes dengan menggelar barang bukti (BB) ditunjukkan
ada Pen Gun (Pistol berbentuk bolpoin), Pen Gun inilah yang dipakai
Dayat untuk menembak “D” aparat Densus 88 saat penyergapan.
Menjadi
ganjil, proyektil peluru ada di lutut bagian kaki kiri “D”. Lantas paha
kanan bagian dalam terserempet puluru dari mana? Jika tembakan itu
tembus dari lutut kiri ke arah paha kanan tentu proyektil peluru tidak
mungkin bersarang di bagian lutut kaki kiri.Sayang proyektil peluru tersebut belum pernah dibuka apakah benar itu adalah keluar dari Pen Gun yang dipakai oleh Dayat.
Pengakuan
“D” bertolak belakang 180 derajat dengan salah satu anggota Polda yang
terlibat penyergapan Dayat. Anggota ini berinisial “Dn”, dari
penelusuran CIIA, didapat pengakuan si “Dn” di detik-detik penyergapan
Dayat. Di fase persiapan sebelum pengepungan dalam formasi “L”, si “Dn”
dapat informasi kalau Dayat keluar naik motor bebek berdua. Dalam
kondisi tidak terduga itu kemudian “Dn” bergegas lari menuju jalan yang
hendak dilalui Dayat. Dengan bekal foto Dayat dengan ciri khas
berkacamata, “Dn” mencoba menghadang motor yang lewat. Menurut pengakuan
“Dn”,
motor pertama yang lewat bukan Dayat, sampai akhirnya motor ke tiga (3)
dari jarak pandang 3-4 meter “Dn” melihat wajah Dayat naik motor bagian
depan dengan kaos biru berkacamata (yang dibonceng bernama Iwan). Maka
saat itu “Dn” bersama salah
seorang anggota CRT (Crisis Respon Team/ Densus 88) mengejar Dayat, dan
kemudian “Dn” mendorong Dayat hingga jatuh ke kiri.Dan setelah jatuh
sesaat kemudian Dayat mau mencabut senjata, saat itu dengan cepat “Dn”
kemudian menubruk Dayat bergumul untuk merebut senjata Dayat.Kemudian
terdengar tembakan dan “Dn” merasakan perih bagian dada dan kakinya,
kemudian “Dn” memutar badan ke kiri menjauhi Dayat selanjutnya ia
melihat Dayat diberondong oleh anggota yang lain. Saat “Dn” mencegat,
kurang lebih ada 20-an orang anggota yang merapat ke arah “Dn” untuk backup, tapi hanya sekitar 4-5 orang yang maju kemudian memberondong Dayat paska bergumul dengan “Dn” untuk merebut senjata Dayat.
Logikanya dua pengakuan diatas
tidak mungkin keduanya benar, ada salah satu yang benar atau ada salah
satu yang dusta. Atau mungkin kedua-duanya salah.
Sangat wajar jika selalu muncul pertanyaan, kenapa terduga harus di eksekusi mati?
Sementara
ada kondisi-kondisi yang memungkinkan terduga cukup dilumpuhkan. Dan
bisa diseret dipengadilan untuk pembuktian benarkah semua narasi Polisi
selama ini tentang mereka dengan semua perannya?
Sesungguhnya publik saat ini sudah cerdas dan bisa menilai sendiri. Mana yang benar dan mana yang dusta.*
Pemerhati Kontra Terorisme dan Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst)
posted by @Dd
0 comments:
Post a Comment