Islam Kaffah
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu.”
(Qs. al-Baqarah 2:208)
Ayat diatas 
merupakan seruan, perintah dan juga peringatan Allah yang ditujukan 
khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengakui 
Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui Muhammad selaku 
nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah dan agar mau 
melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam 
Islam secara kaffah ?
Allah 
memerintahkan kepada kita agar melakukan penyerahan diri secara 
sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat hanya kepada-Nya tanpa 
diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan ketergelinciran kedalam 
kemusryikan.
Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah itu sesungguhnya ?
al-Qur’an memberikan jawaban kepada kita :
al-Qur’an memberikan jawaban kepada kita :
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti.”
(Qs. al-Anfaal 8:20)
Jadi Allah 
telah menyediakan sarana kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah 
adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak 
berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.
Taat kepada 
Allah dan Rasul ini memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila 
kita mengkaji al-Qur’an secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapati 
satu intisari yang paling penting dari ketaatan terhadap Allah dan para 
utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara benar.
Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Seringkali 
manusia lalai akan hal ini, mereka lebih banyak berlaku sombong, 
berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut haknya namun melupakan 
kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin rumahnya aman 
akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas keamanan.
Banyak manusia yang sudah melebihi Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Manusia, 
telah berani membuat Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang 
mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka jadikan sebagai mediator 
untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan yang besar yang 
telah dilakukan terhadap Allah.
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. al-Bara’ah 9:31)“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, namun mereka berkata: “Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi Allah !”. Katakanlah:”Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit-langit dan dibumi ?” ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. Yunus 10:18)
Penyakit 
syirik ini dapat mengenai dan menyertai siapa saja, tidak terkecuali 
didalam orang-orang Islam yang mengaku bertauhid. Untuk itulah Allah 
memberikan perintah internal kepada umat Muhammad ini agar sebelum 
mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus terlebih dahulu
 mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan jalan 
mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul 
Muhammad Saw sang Paraclete yang agung, Kalky Authar yang dijanjikan. 
Bagaimana 
orang Islam dapat melakukan satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu 
perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia senantiasa mentauhidkan Allah ?
Sejarah 
mencatatkan kepada kita, berapa banyak orang-orang Muslim yang melakukan
 pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu hal yang sama sekali tidak 
ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh Nabi.
Dimulai dari
 pemberian sesajen kepada lautan, pemandian keris, peramalan nasib, 
pemakaian jimat, pengagungan kuburan, pengkeramatan terhadap seseorang 
dan seterusnya dan selanjutnya. Inilah satu bentuk kesyirikan 
terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin 
kebanyakan.
Mereka lebih
 takut kepada tokoh Roro Kidul ketimbang kepada Allah, mereka lebih 
hormat kepada kyai ketimbang kepada Nabi. Mereka lebih menyukai membaca 
serta mempercayai isi kitab-kitab primbon dan kitab-kitab para ulama 
atau imam Mazhab tertentu ketimbang membaca dan mempercayai kitab Allah,
 al-Qur’anul Karim.
Adakah orang-orang yang begini ini disebut sebagai Islam yang kaffah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Saya yakin, 
kita semua membaca al-Fatihah didalam Sholat, dan kita semua membaca 
“Iyyaka na’budu waiyya kanasta’in” yang artinya “Hanya kepada Engkaulah 
(ya Allah) kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami 
memohon pertolongan”.
Ayat ini 
berindikasikan penghambaan kita kepada Allah dan tidak memberikan sekutu
 dalam bentuk apapun sebagaimana juga isi dari surah al-Ikhlash :
“Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun.”
(Qs. al-Ikhlash 112:1-4)
Hanya 
sayangnya, manusia terlalu banyak yang merasa angkuh, pongah dan sombong
 yang hanyalah merupakan satu penutupan dari sifat kebodohan mereka 
semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman, baik terhadap diri 
sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga kepada 
lingkungan.
Untuk 
mendapatkan kekayaan, kedudukan maupun kesaktian, tidak jarang seorang 
Muslim pergi kedukun atau paranormal, memakai jimat, mengadakan satu 
upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam tertentu dan di-ikuti 
pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang tidak memiliki 
tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.
Apakah mereka-mereka ini masih bisa disebut sebagai seorang Islam yang Kaffah ?
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.
“Dan sebagian manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat sangat cintanya kepada Allah.”
(Qs. Al-Baqarah 2:165)
Kepada 
orang-orang seperti ini, apabila diberikan peringatan dan nasehat kepada
 jalan yang lurus, mereka akan berubah menjadi seorang pembantah yang 
paling keras.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Qs. al-Kahf 18:54)
“Tidakkah engkau pikirkan orang-orang yang membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka bisa dipalingkan ?” (Qs. al-Mu’min 40:69)
Orang-orang 
sekarang telah banyak yang salah pasang ayat, mereka katakan bahwa apa 
yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kesyirikan melainkan satu usaha 
atau cara yang mesti ditempuh, sebab tanpa usaha Tuhan tidak akan 
membantu. Memang benar sekali, tanpa ada tindakan aktif dari manusia, 
maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai satu bagian 
dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita mengaburkan 
akidah dengan dalil usaha ?
Anda ingin 
kaya maka bekerja keras dan berhematlah semampu anda, anda ingin 
mendapatkan penjagaan diri maka masukilah perguruan-perguruan beladiri 
entah silat, karate, kempo, tenaga dalam dan sebagainya. Anda ingin 
pintar maka belajarlah yang rajin begitu seterusnya yang pada puncak 
usaha itu haruslah dibarengi dengan doa kepada Allah selaku penyerahan 
diri kepada sang Pencipta atas segala ketentuan-Nya, baik itu untuk 
ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak bagus.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. al-Baqarah 2:216)
“Yang demikian itu adalah nasehat yang diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, karena barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan bagi mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan yang tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus urusan-Nya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu.” (Qs. at-Thalaq 65:2-3)
Bukankah hampir semua dari kita senantiasa hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?
“Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat bagi-Nya, karena begitulah aku diperintahkan.” (Qs. al-An’aam 6:162-163)
Anda 
membutuhkan perlindungan dari segala macam ilmu-ilmu jahat, membutuhkan 
perlindungan dari orang-orang yang bermaksud mengadakan rencana yang 
jahat dan keji, maka berimanlah anda secara sungguh-sungguh kepada Allah
 dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda benar-benar Kaffah didalam 
Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan Rahmat-Nya kepada 
kita.
“Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Qs. Ali Imran 3:132)
Rahmat Allah
 itu tidak terbatas, Rahmat bisa merupakan satu perlindungan, satu 
pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa berupa keridhoan yang telah 
diberikan-Nya kepada kita.
Apakah anda tidak senang apabila Tuhan meridhoi anda ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?
Jika Allah 
ridho kepada kita, maka percayalah Allah akan membatalkan dan 
mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari itu berkepribadian Kaffah-lah 
didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh kesucian akidah. Dalam 
kajian lintas kitab, kita akan mendapati fatwa dari ‘Isa al-Masih kepada
 para sahabatnya mengenai kekuatan Iman :
Terjemahan Resmi: Baru: Matius: 17
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”
17:20 Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
al-Qur’an pun memberikan gambaran :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. 2 al-Baqarah: 186)
Kita lihat, 
Allah akan mendengar doa kita, Dia akan memberikan Rahmat-Nya kepada 
kita dengan syarat bahwa terlebih dahulu kita harus mendengarkan dan 
percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian mentaati seluruh perintah 
yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, 
khususnya kepada Rasul Muhammad Saw selaku Nabi terakhir yang universal.
Tidak perlu 
anda mendatangi tempat-tempat keramat untuk melakukan tapa-semedi, 
berpuasa sekian hari atau sekian malam lamanya dengan berpantang makan 
ini dan makan itu atau juga menyimpan, menggantung jimat sebagai penolak
 bala, pemanis muka, atau sebagai aji wibawa.
Ambillah 
al-Qur’an, bacalah dan pelajarilah, amalkan isinya … maka dia akan 
menjadi satu jimat yang sangat besar sekali yang mampu membawa anda 
tidak hanya lepas dari derita dunia yang bersifat temporary, namun juga 
derita akhirat yang bersifat long and abide.
Yakinlah, 
bahwa sekali anda mengucapkan kalimah “Laa ilaaha illallaah” (Tiada 
Tuhan Selain Allah), maka patrikan didalam hati dan jiwa anda, bahwa 
jangankan ilmu-ilmu jahat, guna-guna, santet, Jin, Iblis apalagi manusia
 dengan segenap kemampuannya, Tuhan-pun tidak ada.
Kenapa demikian ?
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.
Manusiapun 
sudah menjadikan harta, istri dan anak-anak sebagai Tuhan, menjadikan 
para ulama sebagai Tuhan, menjadikan perawi Hadis sebagai Tuhan, 
menjadikan keluarga Nabi sebagai Tuhan dan seterusnya.
Karena itu 
Tauhid yang murni adalah Tauhid yang benar-benar meniadakan, menafikan 
segala macam jenis bentuk ketuhanan yang ada, untuk kemudian disusuli 
dengan keberimanan, di-ikuti dengan keyakinan, mengisi kekosongan tadi 
dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan kita akui hanyalah Tuhan yang
 satu, tanpa berserikat dan esa dalam berbagai penafsiran.
Itulah 
intisari dari Iman didalam Islam, intisari seluruh ajaran dan fatwa para
 Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh, Ibrahim terus kepada Ismail, Ishak, 
Ya’kub, Musa hingga kepada ‘Isa al-Masih dan berakhir pada Muhammad Saw.
Itulah 
senjata mereka, itulah jimat yang mereka pergunakan didalam menghadapi 
segala jenis kebatilan, segala macam kedurjanaan yang tidak hanya datang
 dari manusia namun juga datang dari syaithan yang terkutuk.
Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya, Allah berfirman :
“Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku.” (Riwayat Abu Na’im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)
Nabi Muhammad Saw juga bersabda :
“Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, 
marilah sama-sama kita memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang 
sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sekali kita bersyahadat 
didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut menjemput akan 
tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak dan 
sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.
Cobalah anda ikrarkan : Apapun yang terjadi sampai saya mati akan tetap berpegang kepada Laa ilaaha illallaah.
Segera kita 
tanggalkan segala bentuk kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau 
khurafat, kita ikuti puasa yang diajarkan oleh Islam, kita contoh 
prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan berbagai rajah dan 
tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita anggap 
sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan 
dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.
Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya.”
(Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)
“Ibnu Mas’ud berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna adalah syirik.”
(Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )
“Sa’id bin Jubir berkata: orang yang memotong atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya bagaikan memerdekakan seorang budak.”
(Diriwayatkan oleh Waki’)
Percayalah, Allah adalah penolong kita.
“Sesuatu bahaya tidak mengenai melainkan dengan idzin Allah.”
(Qs. at-Taghabun 64:11)
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah ni’mat Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya untuk mengganggu, lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada kamu; dan berbaktilah kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya Mu’minin berserah diri.”
(Qs. al-Maaidah 5:11)
Apabila 
setelah kita melepaskan seluruh kebiasaan buruk tersebut kita 
mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas tangan pada diri kita 
dan kitapun bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu yang pernah kita
 miliki sebelumnya.
Akan tetapi 
Allah benar-benar ingin membersihkan kita dari segala macam kemunafikan,
 menyucikan akidah kita, hati dan pikiran kita sehingga benar-benar 
berserah diri hanya kepada-Nya semata.
“Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman”, padahal mereka belum diuji lagi ?” (Qs. al-Ankabut 29:2)
“Dan sebagian dari manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, tetapi manakala ia diganggu dijalan Allah, maka ia menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab dari Allah; dan jika datang pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata: “Sungguh kami telah berada bersamamu.”; Padahal bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada-dada makhluk ?” (Qs. al-Ankabut 29:10)
“Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik.” (Qs. al-Ankabut 29:11)
Nabi juga bersabda :
“Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bagaimana 
bila sebagai satu konsekwensi dari usaha kembali kepada jalan Allah 
tersebut kita gugur ? Jangan khawatir, Allah telah berjanji bagi 
orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada kebenaran :
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.”
(Qs.at-Taubah 9:20)
“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”.
(Qs. ali Imran 3:195)
“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (Qs. an-Nisa’ 4:74)
Kembali 
kejalan Allah adalah satu hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan 
pasti datang menerpa kita dan disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk
 melakukan jihad, melakukan satu perjuangan, melibatkan diri dalam 
konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa (tentunya ini 
tidak berlaku bagi mereka yang cuma melakukan teror dengan membunuh 
diri).
Dengan harta
 mungkin kita harus siap apabila mendadak jatuh miskin atau juga 
melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh aktifitas kegiatan umat 
Islam demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan jiwa artinya kita
 harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala 
kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau 
makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.
Apakah anda 
akan heran apabila pada waktu anda masih memegang jimat anda merupakan 
orang yang kebal namun setelah jimat anda tanggalkan anda mendadak bisa 
tergores oleh satu benturan kecil ditempat tidur ? Bagaimana anda 
memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung yang bahkan dalam 
perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit sebagaimana manusia
 normal ?
Percayalah, 
berilmu tidaknya anda, berpusaka atau tidak, bertapa maupun tidaknya 
anda bukan satu hal yang serius bagi Allah apabila Dia sudah menentukan 
kehendak-Nya kepada kita.
“Berupa apa saja rahmat yang Allah anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana.” (Qs. Fathir 35:2)
Apabila 
memang sudah waktunya bagi kita untuk mendapatkan musibah (baik itu 
berupa maut dan lain sebagainya) maka dia tetap datang tanpa bisa kita 
mundurkan atau juga kita majukan, tidak perduli anda punya ilmu, punya 
jimat atau seberapa tinggi kedudukan sosial anda.
“Bagi tiap-tiap umat ada batas waktunya; maka apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk diundurkan barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan.” (Qs. al-A’raf 7:34)
“Masing-masing Kami tolong mereka ini dan mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang.” (Qs. al-Israa 17:20)
Demikianlah, semoga kita semua bisa mendapatkan hikmah dari tulisan ini.
Oleh : AS
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment